Senin, 29 Januari 2018

PMB SELALU DI HATI






Hari sabtu, 20 Januari 2018 menjadi hari PMB bagi kami, setelah sekian lama kami mencari sekolah-sekolah di kota Bojonegoro yang bersedian kami masuki untuk menyampaikan program beasiswa dari kampus tercinta STKIP Al Hikmah Surabaya. Hari tersebut kami tidak sosialisasi di sekolah favorite kota Bojonegoro, melainkan dari salah satu kecamatan di daerah Padangan yang masih kawasan Bojonegoro. Kami sosialisasi di SMAN 1 Padangan didepan tak kurang dari 200 siswa. Hari itu bertepatan dengan pameran pendidikan di Islamic centre Bojonegoro. Dosen yang bertugas adalah ustad. Adi, Ustadzah. Yani dan Ustadzah.Trise
Hari itu kita mulai dengan sebuah rapat persiapan di rumah salah satu saudara kami asal Bojonegoro, yakni: Afif Maulana penerima hadiah sepeda dari Saifullah Yusuf/Gus Ipul (wakil gubernur Jawa Timur tahun 2013-2018), kami berdiskusi dan menentukan penempatan setiap anggota, hingga pada akhirnya kami memutuskan bahwa saudara Umar, Afif dan Setyo membantu Sosialisasi PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) kampus STKIP Al hikmah Surabaya di SMAN 1 Padangan yang jaraknya sekitar 40 km dari kota Bojonegoro. Dalam waktu yang bersamaan Bagus dan Afif membaantu para dosen di pameran pendidikan.
Sabtu pagi sepeda motor dipanasi dan segera dipacu menuju tempat tujuan dengan penuh semangat “PMB selalu duhati”. Hal ini bukan karena sebuah paksaan, ataupun karena mengejar pujian, namun lebih kepada kewajiban kami sebagai seorang murid yang wajib membantu gurunya(dosen) tanpa harus diminta. Perjalanan menuju Padangan mendapati sedikit gangguan karena kami sempat “lost contact” antar anggota, hingga akhirnya alhamdulialah kami dapat menjalain komunikasi kembali dan berangkat bersama. Dalam perjalanan bukan tanapa hambatan, sempat tertinggal dari teman seperjalan juga kami rasakan , namun sekali lagi alahamdulilah kami dipertemukan kembali. 200 meter mendekati sekolah tujuan , yakni SMAN 1 Padangan , hati sudaj mulai tak enak dan kemudi sepeda motor mulai tak nyaman, ternyata benar ban depan sepeda motor kami bocor halus. Namun tetap kami lanjutkan perjalanan hingga akhir sampai tujuan.
Disekolah tujuan, SMAN 1 Padangan siswa-siswa mulai berdatangan dan kami menjadi salah satu pusat perhatian karena penampilan kami yang agak berbeda dan tentunya karena kami adalah orang baru bagi mereka (siswa-siswi SMAN 1 Padangan). Kami lakukan sosialisasi dengan baik sesuai dengan arahan dan permintaan dosen. Banyak yang senang dengan presentasi kami, namun untuk siswa yang langsung mendaftar belum ada, selain karena memang kami bersama dengan kampus-kampus negeri yang sudah punya nama seperti: UM, UPN, ITS dll. Kami juga menyadari bahwa siswa-siswa sedang menimbang-nimbang pilihan atas masa depan pendidikan mereka di masa depan, tentunya Perguruan Tinggi swasta selalu menjadi pilihan kedua (cadangan).
Kami lakukan sosialisasi dengan cara klasikal terdapat 7 kelas dengan waktu masing-masing sebanyak 45 menit. Kami melakukannya secara disiplin dan berganti tempat sesuai arahan koordintaor pada kesempatan tersebut. Namun Setyo dan Umar tidak menyisakan 2 kelas terakhir, karena harus membantu di pameran pendidikan. Pukul 10.00 WIB Setyo dan Umar bergegas menambalkan ban sepeda motor yang bocor dan segera memacu tunggangannya ke kota sejauh 40 km dengan waktu yang lebih cepat dari sebelumnya Setyo dan umar tiba di pameran pendidikan, melihat keadaan dan membantu proses sosialisasi PMB di pameran pendidikan , bantuan di pameran pendidikan lebih kepada beres-beres, disana kami membantu proses packing segala alat peraga yang ada dan mengangkutnya ke mobil kampus.
                Alhamdulilah hari PMB telah terselesaikan.

Minggu, 28 Januari 2018

SINERGI MENCERDASKAN



Masyarakat kita Indonesia seringkali menyikapi  kelakuan anak-anaknya secara praktis. Sebagai contoh: Keluarga yang memiliki anak yang susah diatur dan sering memberontak diberikan label sebagai anak nakal dan mengambil solusi praktis menyelesaikannya dengan cara menempatkan anaknya di asrama, pondok pesantren dll. Terkadang orang tua kurang sabar.  Sabar adalah kata yang sangat  mudah untuk di ucapkan namun sangat sulit untuk diwujudkan dalam dunia nyata. Namun, Kesulitan itu ada bukan karena kita tidak mampu, melainkan kita tidak mau. Serupa dengan kasus diatas sebuah keluarga memiliki anak yang sangat lemah dalam pembelajaran, lalu keluarga memilih solusi praktis dengan cara memanggil guru privat ataupun menempatkannya di LBB(Lembaga Bimbingan Belajar ) terbaik di kotanya. Menempatkan anak di asrama ataupun memanggilkan guru privat untuk anaknya bukanlah sesuatu yang salah, karena itu juga sebuah usaha wujud perhatian mereka pada sang anak. Solusi yang ditawarkan penulis adalah sinergi antara guru, orang tua dan anak didik.
TPQ  An Nur adalah salah satu tempat yang menawarkan solusi sinergi antara guru, orang tua dan anak didik. Penulis memperhatikan dengan seksama bagaimana pembelajaran berlangsung di mushola yang hanya berukuran 8m x 24m tersebut. Para guru mendidik dengan setulus hati, meski kadang sedikit kerut wajah akibat anak didik yang susah untuk diatur tak bisa dibohongi. Secara umum para guru berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan mendidik anak-anak agar mengenal siapa Tuhannya, siapa Nabinya , cara membaca Al Quran dan apa saja kewajibannya sebagai seorang muslim. Penulis memperhatikan dengan seksama bagaimana orang tua dengan sabar menunggu di emperan mushola dan rumah samping TPQ tempat anak-anaknya menuntut ilmu.
TPQ An Nur mengingatkan saya bahwa pendidikan anak adalah tanggungjawab kita bersama (guru dan orang tua) tanpa harus mengorbankan keinginan anak didiknya. Pada dasarnya pembelajaran di TPQ An Nur ada untuk membatasi waktu anak-anak  yang terbuang secara sia-sia pada masa bermainnya yang sangat banyak. Setelah berjalan lambat laun TPQ mulai memperbaiki management yang ada. Mulai dari jam masuknya dan tahapan pembelajarannya. TPQ ini juga melakukan pengkaderan kapada generasi muda untuk menjadi guru ngaji sebagai langkah awal kaderisasi sejak dini. Penulis percaya bahwa tak ada gading yang tak retak. Artinya tak ada satupun sistem yang tidak ada kekurangan atau kelemahannya, begitu pula TPQ An Nur ini. Namun lepas dari kekurangan yang ada, secara umum TPQ telah berbenah diri dan menginspirasi banyak anak-anak, orang tua di sekitar lingkungannya untuk mengenal siapa Tuhannya dan apa saja kewajibannya sebagai seorang muslim.
TPQ An Nur mengingatkan kita bahwa anak bukanlah kertas putih tanpa makna. Mereka memiliki hati untuk dimengerti, mereka memiliki akal untuk dipahami dan mereka memiliki keinginan pula sama seperti kita orang dewasa. TPQ An nur mengingatkan kepada kita bahwa sebagai orang tua kita tidak boleh acuh dan tidak mengurusi anak, lalu menyerahkan semuanya kepada guru sekolah, guru privat, guru ngaji dan guru-guru lainnya. Sinergi adalah yang terpenting. TPQ juga mengingatkan kita sebagai orang tua bahwa kita tidak boleh egois meamksakan segala bentuk keinginan kita sebagai orang tua yang ingin anaknya jadi dokter, , , jadi arsitek , , , jadi tentara, , , jadi polisi, , , dan jadi jadi yang lain.





Khadijah di Bojonegoro



Hari ini, jumat 26 januari 2018 merupakan hari  terakhir dan pertemuan terakhir dengan siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri Model  Terpadu (SMAN-MT)  Bojonegoro , Jawa Timur dalam rangkaian kegiatan KKN 2018 STKIP AL HIKMAH Surabaya. Menjadi guru yang dapat digugu dan ditiru memang bukan sesuatu yang mudah di zaman yang serba internet saat ini. Kita sebagai mahasiswa calon guru memiliki satu kewajiban untuk membentuk pribadi yang baik agar layak dan mudah dicontoh oleh setiap siswanya di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Proses pembentukan diri yang baik tersebut tentunya tidak mudah, namun. Dengan usaha yang keras dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kewajiban seberat apapun akan teras ringan dengan pertolongan-Nya.
SMAN-MT Bojonegoro, Jawa Timur merupakan sekolah istimewa dengan siswa-siswanya yang luar biasa. Penilaian sekolah istemewa dengan siswa-siswa yang luar biasa didasarkan pada ragam pertanyaan yang mereka miliki ketika pembelajaran matematika berlangsung di kelas pada masa praktek mengajar saya selama 2 pekan yang berkesan. Dari seluruh pertanyaan siswa-siswa yang saya bimbing dalam belajar selama 2 pekan dan berjumlah tak kurang dari 200 siswa, terdapat  3 pertanyaan yang paling luar biasa. Yaitu :
1)  Mengapa kakak ingin menjadi guru? mengapa tidak jadi tentara atau polisi saja?
2) Untuk apa materi ini (Translasi dan Refleksi) dalam kehidupan sehari-hari ?
3) Mengapa di Al Hikmah perempuan dan lakil-laki dibedakan kelasnya ?
                pertanyaan pertama saya jawab dengan santai, bahwa  saya telah melalui banyak hal dan jalan sedang saya jalani untuk menjadi guru adalah pilihan dan takdir saya saat ini. Hal tersebut saya sampaikan dengan sedikit senyuman dan ketegasan pada akhir jawaban pertanyaan pertama, bahwa jadi apapun saya nanti hanya Tuhan yang tahu. Tugas saya saat ini adalah menjalani hidup  sebagai seorang mahasiswa calon guru di STKIP Al Hikmah Surabaya, tentang jadi apa saya di masa depan hanya Tuhan yang tahu.
                Pertanyaan Kedua saya jawab dengan sebuah argumen yang mungkin tidak pernah siswa tersebut terima. Saya menjawab melalui Translasi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dapat menentukan perkiraan cuaca yang sangat bermanfaat bagi kehidupan nyata, karena saya yakin melalui cara dia memandang, cara siswa tersebut menyampaikan pertanyaan dan intonasi suaranya, siswa tersebut telah memiliki jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan. Saya sering menemukan siswa seperti siswa tersebut dan saya pernah menjadi siswa yang seperti  siswa tersebut. Ketika kita fokus pada satu disiplin ilmu yang kita anggap penting, maka ilmu yang lain terasa kurang terasa aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Taruhlah saya pernah menjadi tim olimpiade matematika dan berada pada jurusan IPA pada saat SMA, saya berpikir pelajaran sejarah itu tidak begitu penting bagi saya.Hingga pada akhirnya saya sadar tidak ada satu pun ilmu yang tidak bermanfaat dalam kehidupan, hanya saja kita belum tahu waktu dan cara menggunakan ilmu tersebut agar bermanfaat dalam dunia nyata.
                Pertanyaan ketiga menjadi sangat istimewa karena siswa yang memberikan pertanyaan tersebut adalah alumni SMP Khadijah Surabaya dan sekarang sekolah di SMAN-MT Bojonegoro Jawa Timur. Sedikit banyak mengetahui pendidikan di Al Hikmah Surabaya melalui beberapa kenalan yang dia miliki ketika di Surabaya. Siswa ketiga ini juga menyampaikan bahwa banyak lulusan SMP atau SMA AL Hikmah Surabaya  yang melanjutkan pendidikan di sekolah lain juga berpacaran dan sebgainya, sehingga dia berpikir bahwa salah satu sistem pendidikan di Al Hikmah Surabaya yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan kurang sukses hasilnya. Bahkan hal tersebut yang dianggap sebagai pemicu saat alumni tidak dalam pengawasan Al Hikmah akhirnya mereka menyimpang seperti pacaran dan sebagainya. Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat sederhana bahwa Al Hikmah ingin mengamalkan ajaran Al Quran dan Assunah, bahwa pemisahan tempat dan waktu bagi laki-laki dan perempuan adalah pilihan yang diambil untuk menjaga setiap siswanya dalam kebaikan.
                Setiap pertanyaan saya jawab dengan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki, dengan harapan jawaban tersebut dapat mencerahkan. Kesalahan datang dari manusia dan kebenaran hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Tugas seorang guru adalah mengingatkan dan syukur kepada Tuhna Yang Maha Esa mereka semua mendengarkan.