Minggu, 28 Januari 2018

SINERGI MENCERDASKAN



Masyarakat kita Indonesia seringkali menyikapi  kelakuan anak-anaknya secara praktis. Sebagai contoh: Keluarga yang memiliki anak yang susah diatur dan sering memberontak diberikan label sebagai anak nakal dan mengambil solusi praktis menyelesaikannya dengan cara menempatkan anaknya di asrama, pondok pesantren dll. Terkadang orang tua kurang sabar.  Sabar adalah kata yang sangat  mudah untuk di ucapkan namun sangat sulit untuk diwujudkan dalam dunia nyata. Namun, Kesulitan itu ada bukan karena kita tidak mampu, melainkan kita tidak mau. Serupa dengan kasus diatas sebuah keluarga memiliki anak yang sangat lemah dalam pembelajaran, lalu keluarga memilih solusi praktis dengan cara memanggil guru privat ataupun menempatkannya di LBB(Lembaga Bimbingan Belajar ) terbaik di kotanya. Menempatkan anak di asrama ataupun memanggilkan guru privat untuk anaknya bukanlah sesuatu yang salah, karena itu juga sebuah usaha wujud perhatian mereka pada sang anak. Solusi yang ditawarkan penulis adalah sinergi antara guru, orang tua dan anak didik.
TPQ  An Nur adalah salah satu tempat yang menawarkan solusi sinergi antara guru, orang tua dan anak didik. Penulis memperhatikan dengan seksama bagaimana pembelajaran berlangsung di mushola yang hanya berukuran 8m x 24m tersebut. Para guru mendidik dengan setulus hati, meski kadang sedikit kerut wajah akibat anak didik yang susah untuk diatur tak bisa dibohongi. Secara umum para guru berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan mendidik anak-anak agar mengenal siapa Tuhannya, siapa Nabinya , cara membaca Al Quran dan apa saja kewajibannya sebagai seorang muslim. Penulis memperhatikan dengan seksama bagaimana orang tua dengan sabar menunggu di emperan mushola dan rumah samping TPQ tempat anak-anaknya menuntut ilmu.
TPQ An Nur mengingatkan saya bahwa pendidikan anak adalah tanggungjawab kita bersama (guru dan orang tua) tanpa harus mengorbankan keinginan anak didiknya. Pada dasarnya pembelajaran di TPQ An Nur ada untuk membatasi waktu anak-anak  yang terbuang secara sia-sia pada masa bermainnya yang sangat banyak. Setelah berjalan lambat laun TPQ mulai memperbaiki management yang ada. Mulai dari jam masuknya dan tahapan pembelajarannya. TPQ ini juga melakukan pengkaderan kapada generasi muda untuk menjadi guru ngaji sebagai langkah awal kaderisasi sejak dini. Penulis percaya bahwa tak ada gading yang tak retak. Artinya tak ada satupun sistem yang tidak ada kekurangan atau kelemahannya, begitu pula TPQ An Nur ini. Namun lepas dari kekurangan yang ada, secara umum TPQ telah berbenah diri dan menginspirasi banyak anak-anak, orang tua di sekitar lingkungannya untuk mengenal siapa Tuhannya dan apa saja kewajibannya sebagai seorang muslim.
TPQ An Nur mengingatkan kita bahwa anak bukanlah kertas putih tanpa makna. Mereka memiliki hati untuk dimengerti, mereka memiliki akal untuk dipahami dan mereka memiliki keinginan pula sama seperti kita orang dewasa. TPQ An nur mengingatkan kepada kita bahwa sebagai orang tua kita tidak boleh acuh dan tidak mengurusi anak, lalu menyerahkan semuanya kepada guru sekolah, guru privat, guru ngaji dan guru-guru lainnya. Sinergi adalah yang terpenting. TPQ juga mengingatkan kita sebagai orang tua bahwa kita tidak boleh egois meamksakan segala bentuk keinginan kita sebagai orang tua yang ingin anaknya jadi dokter, , , jadi arsitek , , , jadi tentara, , , jadi polisi, , , dan jadi jadi yang lain.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar