Masyarakat
kita Indonesia seringkali menyikapi kelakuan anak-anaknya secara praktis. Sebagai
contoh: Keluarga yang memiliki anak yang susah diatur dan sering memberontak
diberikan label sebagai anak nakal dan mengambil solusi praktis
menyelesaikannya dengan cara menempatkan anaknya di asrama, pondok pesantren
dll. Terkadang orang tua kurang sabar. Sabar adalah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan namun sangat sulit
untuk diwujudkan dalam dunia nyata. Namun, Kesulitan itu ada bukan karena kita
tidak mampu, melainkan kita tidak mau. Serupa dengan kasus diatas sebuah
keluarga memiliki anak yang sangat lemah dalam pembelajaran, lalu keluarga
memilih solusi praktis dengan cara memanggil guru privat ataupun menempatkannya
di LBB(Lembaga Bimbingan Belajar ) terbaik di kotanya. Menempatkan anak di
asrama ataupun memanggilkan guru privat untuk anaknya bukanlah sesuatu yang
salah, karena itu juga sebuah usaha wujud perhatian mereka pada sang anak. Solusi
yang ditawarkan penulis adalah sinergi antara guru, orang tua dan anak didik.
TPQ An Nur adalah salah satu tempat yang
menawarkan solusi sinergi antara guru, orang tua dan anak didik. Penulis
memperhatikan dengan seksama bagaimana pembelajaran berlangsung di mushola yang
hanya berukuran 8m x 24m tersebut. Para guru mendidik dengan setulus hati,
meski kadang sedikit kerut wajah akibat anak didik yang susah untuk diatur tak
bisa dibohongi. Secara umum para guru berkenan meluangkan waktunya untuk
memberikan ilmu dan mendidik anak-anak agar mengenal siapa Tuhannya, siapa
Nabinya , cara membaca Al Quran dan apa saja kewajibannya sebagai seorang
muslim. Penulis memperhatikan dengan seksama bagaimana orang tua dengan sabar
menunggu di emperan mushola dan rumah samping TPQ tempat anak-anaknya menuntut
ilmu.
TPQ An Nur
mengingatkan saya bahwa pendidikan anak adalah tanggungjawab kita bersama (guru
dan orang tua) tanpa harus mengorbankan keinginan anak didiknya. Pada dasarnya
pembelajaran di TPQ An Nur ada untuk membatasi waktu anak-anak yang terbuang secara sia-sia pada masa
bermainnya yang sangat banyak. Setelah berjalan lambat laun TPQ mulai
memperbaiki management yang ada. Mulai dari jam masuknya dan tahapan
pembelajarannya. TPQ ini juga melakukan pengkaderan kapada generasi muda untuk
menjadi guru ngaji sebagai langkah awal kaderisasi sejak dini. Penulis percaya
bahwa tak ada gading yang tak retak. Artinya tak ada satupun sistem yang tidak
ada kekurangan atau kelemahannya, begitu pula TPQ An Nur ini. Namun lepas dari
kekurangan yang ada, secara umum TPQ telah berbenah diri dan menginspirasi
banyak anak-anak, orang tua di sekitar lingkungannya untuk mengenal siapa
Tuhannya dan apa saja kewajibannya sebagai seorang muslim.
TPQ An Nur
mengingatkan kita bahwa anak bukanlah kertas putih tanpa makna. Mereka memiliki
hati untuk dimengerti, mereka memiliki akal untuk dipahami dan mereka memiliki
keinginan pula sama seperti kita orang dewasa. TPQ An nur mengingatkan kepada
kita bahwa sebagai orang tua kita tidak boleh acuh dan tidak mengurusi anak,
lalu menyerahkan semuanya kepada guru sekolah, guru privat, guru ngaji dan
guru-guru lainnya. Sinergi adalah yang terpenting. TPQ juga mengingatkan kita
sebagai orang tua bahwa kita tidak boleh egois meamksakan segala bentuk
keinginan kita sebagai orang tua yang ingin anaknya jadi dokter, , , jadi
arsitek , , , jadi tentara, , , jadi polisi, , , dan jadi jadi yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar